Krim Anti Keriput

Similarities And DifferencesAku suka krim anti keriput karena dengan begitu aku bisa berlama-lama di cermin dan berbicara dengan diriku sendiri. Sementara kamu, bukan untuk melawan kodrat bahwa kita semua akan tua, tapi kamu memang merasa kegiatan yang satu itu tak ubahnya seperti kegiatan sikat gigi yang secara reflek dilakukan. Namun kali ini, kegiatan itu punya arti lebih untuk aku dan kamu.

Kamu pulang dari bepergian selama satu minggu lebih tanpa aku, sementara aku sibuk dengan berbagai kegiatan, sehingga acara mengoles krim anti keriput menjadi sesuatu yang sudah sangat kita nantikan.

Kali ini aku dan kamu sama-sama setuju untuk saling mengolesi; aku mengoles krim di wajahnya, dan sebaliknya.

I’ve got so many emails about our private wedding last month.” Katamu santai.

Aku tersenyum.

I’ve got not only some emails, but calls from my big family and friends.” Sahutku tak kalah santai.

Kami tertawa. Selanjutnya kami akan berbincang tanpa arah, karena buat kami segala macam tetek bengek bersifat formil tidak pernah menjadi topik dalam kehidupan kami. We just do what we want in our life.

How could you sacrifice the rest of your life for other person’s rest of life?

Itu katamu saat aku bercerita tentang sahabatku yang menikah demi kebahagiaan orang tuanya.

Kami memang bukan pasangan ideal seperti layaknya orang pada umumnya. Kami bertemu tepat di saat umur kami sama-sama menginjak umur yang membutuhkan krim anti keriput.

That’s why, we just want to live in simply life under the same roof named freedom.” Katanya singkat saat menjelaskan pada orang tua kami tentang pernikahan yang akan kami jalani.

Freedom? Jadi boleh selingkuh?” Kata ayahmu kaget, syok, dan lumayan dangkal.

Dad, our rule is only one; Let’s not hurt anyone. Kalau selingkuh bisa gak nyakitin orang, then go ahead.” Katamu dengan sangat khas kamu, kamu yang suka hidup penuh esensi dan membuang printilan pikiran yang tak perlu.

Itulah aku dan kamu. Menikah dengan bahagia. Sampai 1000 botol krim anti keriput lebih sudah kami lampaui, kami tetap bahagia.

“Sayang, kayaknya udah useless deh pakai krim anti keriput. Botox yuk.” Kataku iseng saat aku mulai mengolesi krim anti keriput di wajahmu yang walau sudah berkeriput tapi masih tampak sangat menawan.

Kamu yang sedang terbaring sakit di ranjang sebuah rumah sakit, tiba-tiba menggenggam tanganku.

Now, I still want to be with you, with or without the cream.” Katamu lirih tapi lembut dan manis.

Aku tersenyum dan beranjak memeluknya.

Setelah krim anti keriput tak lagi mempan di wajah kami yang sudah berkeriput, kami mengganti kegiatan kami itu dengan kegiatan berjalan bergandengan tangan di taman setiap pagi. Seperti yang selalu kami lakukan selama ini; saling menemani dan bergenggaman tangan kapanpun badai menerpa kami.

Krim anti keriput menjembatani perbedaan diantara kami yang sangat besar; Dia businessman yang sukses, aktif, extrovert, sangat suka kegiatan sporty, clubber, dan seorang gentleman. Sementara aku copywriter yang tidak pernah membiarkan diriku menjadi terkenal walaupun karyaku sering dipakai dimana-mana, introvert, never like sport but eating and sleeping well, suka kegiatan yang bersifat individualis, sometimes childish dan selalu labil.

Tapi rahasia pernikahan kami yang bahagia letaknya memang hanya di krim anti keriput. Kami satu-satunya orang yang lebih suka menyibukkan diri mengoles krim anti keriput, ketimbang berpikir tentang harta, anak, pekerjaan, status sosial dan lain-lain. Buat kami hal-hal seperti itu tak semestinya dipikirkan, seperti kita yang menghirup udara tanpa pernah memikirkan udara itu sendiri.

Social climbers? Oh my gosh, what the fuck her head contain of?” Katanya saat berkomentar tentang istri temannya yang social climbers abis.

Itulah mengapa aku sangat mencintainya. Dia membuatku lebih mencintai duniaku, pun sebaliknya. Dunia tanpa batas, tanpa definisi, tanpa keruwetan. Dunia dimana kapanpun aku dan kamu bisa melakukan kesalahan atau kegilaan, tanpa dituding, tapi sebaliknya dianggap sangat manusiawi.

Bahkan tidak ada satu pun anak diantara kami. The only reason is we just don’t want a baby born amongst two craziest people in the world. Jadi sekali lagi hanya aku, krim anti keriput dan kamu. Living happily ever after.

The end.