A Finale Thanks

end of year2365 hari yang lalu, aku mengawali hari di tahun 2012 tanpa satupun resolusi. 

Aku dan kamu suka sekali bertemu di penghujung tahun. Bukan untuk bertukar cerita, hanya aku yang akan bercerita. Kamu memilih untuk mendengarkan dan membantuku membuat sebuah kesimpulan, lalu aku pun akan membuat sebuah resolusi untuk tahun yang akan datang.

“Bagaimana dengan 2012-mu? Tanyamu jenaka.

Aku tersenyum dan berkata tenang, “Amazing.”

Kita bertatapan lama. Lalu kita tertawa terbahak-bahak.

“Mungkin aku salah tidak membuat resolusi untuk tahun 2012, tapi ternyata hal itu membuat tahun itu berjalan persis sesuai rencana kamu, iya kan?” Kataku ringan.

Kamu tersenyum misterius dan menatapku tajam.

“Awalnya aku sempat marah padamu, rasa-rasanya kamu tega membiarkan semua hal yang miserable and unpredictable terjadi padaku, namun pada akhirnya aku tahu bahwa semua itu adalah hadiah terindah untukku. Bahwa selama ini kamu menjagaku.” Jelasku dengan mata menerawang.

“Do you like it?” Tanyamu menggoda.

Kami saling bertatapan lagi, dan kita pun kembali tertawa.

“I told you, finally I like it.” Jawabku lembut namun tegas.

Kamu tersenyum puas.

“But wait, untuk tahun 2013 aku akan kembali membuat resolusi.” Kataku santai.

“That’s great. Resolusimu enggak akan jauh beda kok sama rencanaku buatmu.” Sahutmu tak kalah santai.

Aku kembali tertawa. Aku tidak bisa mengingkari bahwa kamulah yang lebih tahu segalanya daripada aku.

“Segala peristiwa di tahun 2012 mengajariku banyak hal lebih dari yang aku butuhkan. Kamu juga mengirim orang-orang yang tepat untuk bermain sesuai skenariomu, sehingga jalan cerita dalam kehidupanku menjadi komplit, bagaikan nasi goreng dengan telor mata sapinya. Jadi aku makin yakin di tahun 2013 pasti kamu telah mempersiapkan sesuatu yang jauh lebih istimewa untukku.” Jelasku sambil terus menatapnya.

Kamu tersenyum dan mengangguk.

“Kamu mau tahu rencanaku untukmu?” Tanyamu kembali menggoda dengan jenaka.

Aku menggeleng pasti, “it doesn’t mean that I like a surprise, but I totally believe in you.”

“Jadi mari kita tutup tahun 2012 dengan rasa penuh syukur, shall we?” Katamu sambil tersenyum, kali ini tanpa tatapan jenaka yang usil.

“Yes, absolutely.”

Kami berpelukan hingga nanti mentari menjelang di tahun yang baru.

The end.