We lost it (Pink) before we knew it. I thank you. Next (Ariana Grande).
And now I’m on the next level (Aston Wyld).
Kamu diam membatu. Matamu meredup dan berkaca-kaca. Setiap kali kamu seperti itu, aku tahu kamu pasti berharap Ayahmu datang menemanimu dan kamu sangat ingin berkata pada dia, “It hurts to be human.” Kamu pernah berharap legacy dari ayahmu bukan untuk jadi manusia baik, tapi ketamakan, tipu muslihat, atau apapun yang jahat dan memang lebih mudah dilakukan.
Aku mendekatinya dan berkata, “To be human means lo boleh complain, teriak, apalagi nangis. Kecewa apalagi.”
Kamu menatapku, “Kok lo tahu?”
Aku mengangkat bahu dan tersenyum menatapmu, “Marah itu gampang. Kecewa lebih susah. Tuhan aja sering kecewa, nyet. Apalagi kita.”
“Gue udah sering banget tergoda jadi jahat, nyet. Tapi gagal terus.” Katanya lirih.
“Be human then. Kalau udah kecewa kesekian kali, berarti gak layak dikasih kesempatan lagi, nyet. Tuhan cuma minjemin kamu ke orang-orang itu bentar. Buat nyadarin mereka. Nah, mereka mau berubah apa gak, itu urusan mereka. It’s their loss. You should move on and follow your own dot like the way you used to be.”
“Because I’m not an angel?” Tanyanya berusaha mencerna.
“Yes, you are not. Just be a good human being means bukan jadi hero, angel, atau savior. Your dad knew how big your heart is, makanya dia wanti-wanti kayak gitu. Stay true. Kalau lo stay true dan udah kasih banyak, tapi tetep gak dimengerti, ya bener kata Ariana Grande, ‘Thank You, Next‘. Itu bagian jadi a good human too kok, nyet.”
Dia tersenyum dan kami berpelukan beberapa saat. Lalu kami menikmati kopi kami masih sambil menerawang.
“Gue kadang gak ngerti sama orang-orang yang udah dipinjemin elo sama Tuhan. Orang segini baik, masih aja mau dirampok, dikelabui, dijahatin.” Kataku geleng-geleng kepala.
“Biasalah nyet, biar gw naik kelas kayaknya. I’m not a victim here but a lion who tries to be Yoda.”
Kita tertawa dan mulai bercanda. Aku suka melihatnya kembali tersenyum.
Kamu enggak pernah tahu, setiap kali aku ngeliat ada yang nyakitin kamu, orang itu aku bikin jauh-jauh dari kamu. Setiap saat kamu terluka, aku selalu menghujanimu dengan banyak kejutan menyenangkan. Setiap kali kamu menangis karena berusaha memaafkan walau tak pernah diminta, aku mengirim orang-orang baik buat menceriakan harimu. Setiap kamu jatuh, aku siap mengangkatmu lagi. Di setiap langkahmu, aku ada.
The end.